Langsung ke konten utama

Benarkah yoghurt baik diminum teratur?

Mengenai minum yoghurt menurut Hiromi Shinya di buku "The Miracle of Enzyme" (2005):

Alasan saya mempertanyakan klaim mengenai yoghurt ini adalah karena dalam konteks klinis, karekteristik usus mereka yang mengonsumsi yoghurt setiap hari tidak pernah baik...

Orang dewasa tidak memiliki cukup enzim yang menguraikan laktosa. Laktosa adalah gula yang terdapat di dalam produk susu, tetapi laktase,yaitu enzim yang menguraikan laktosa, mulai berkurang jumlahnya dalam tubuh kita selama kita tumbuh dewasa. Kalau dipikir, hal ini cukup alami karena susu adalah sesuatu yang diminum balita, bukan orang dewasa. Dengan kata lain, laktase adalah enzim yagn tidak perlu dipikirkan oleh orang dewasa.

Yoghurt mengandung banyak laktosa. Oleh karenanya, pada saat anda mengonsumsi yoghurt, yoghurt tidak dapat dicerna dengan baik akibat kurangnya enzim laktase, yang kemudian berakibat pada kesulitan mencerna. Pendeknya, banyak orang yang mengalami diare ringan jika mereka mengonsumsi yoghurt. Akibatnya, diare ringan ini, yang sesungguhnya adalah ekskresi kotoran stagnan yang selama ini terakumulasi dalam usus besar, secara keliru dianggap sebagai pengobatan terhadap konstipasi.

Kondisi usus anda akan memburuk jika anda mengonsumsi yoghurt setiap hari. Saya dapat mengatakan hal ini dengan yakin berdasarkan pengamatan klinis saya. Jika anda mengonsumsi yoghurt setiap hari, bau kotoran dan gas anda akan menjadi semakin tajam. Inilah suatu indikasi bahwa lingkungan usus anda semakin memburuk. Alasan timbulnya bau tersebut adalah karena racun terngah diproduksi di dalam usus besar. (The Miracle of Enzym, p.103-104)

Saat meneliti sejarah kebiasaan makan pasien-pasien kanker, biasanya saya menemukan bahwa menu makan mereka sebagian besar terdiri dari protein hewani dan produk susus, seperti daging, ikan, telur, dan susu. Terlebih lagi, saya mendapat bahwa ada hubungan langsung antara saat seseorang mulai menderita penyakit dan waktu dan frekuensi orang itu mengonsumsi makanan-makanan tersebut; dengan kata lain semakin muda dalam hidupnya dan semakin sering seseorang mengonsumsi makanan hewani (terutama daging dan produk susu), semakin awal pula ia menderita penyakit. Ada berbagai jenis kanker--kanker payudara, usus besar, prostat, paru-paru--apapun jenisnya, hubungannya dengan makanan hewani tetap sama.

Dan tidak peduli jenis kanker apa yang diderita seseorang, kondisi usus besar para pasien kanker selalu bermasalah tanpa kecuali. Saya selalu mendorong setiap orang yang menderita kanker apapun untuk menjalani pemeriksaan kolonoskopi karena ada kemungkinan besar mereka akan menderita polip usus besar atau kanker usus besar.

Diantara pasien-pasien kanker yang saya periksa, hasilnya sudah dapat diduga. Pada kanker wanita yang menderita kanker payudara dan para pria menderita kanker prostat, probabilitas untuk menemukan abnormalitas dalam usus besar mereka memang tinggi. Dengan semakin banyaknya dokter di Amerika yang mulai menyarankan pasien-pasien kanker payudara, prostat, dan jenis-jenis kanker lain untuk menjalani pemeriksaan kolonoskopi, praktik ini pun semakin diterima secara luas di Amerika. (The Miracle of Enzym, p.110-111)

 

Lihat mengenai konsumsi susu menurut Ellen G. White disini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akhir dari pengobatan modern

WHO mengeluarkan amaran pada bulan Maret 2012 tentang bahaya kekebalan kuman (mikroorganisme) terhadap antibiotik. Mungkinkah ini akhir dari pengobatan modern? Namun hal ini tidak perlu ditakuti jika nasihat tentang semua obat adalah racun yang ditulis lebih dari seratus tahun yang lalu, dan kini dikuatkan oleh para ahli (lihat juga artikel ini tentang obat sebagai resiko ), diindahkan. Simak artikel berikut yang kami kutip dari thestar online. An end to modern medicine? GLOBAL TRENDS By MARTIN KHOR A warning by the head of WHO that antibiotic resistance is so serious that it may lead to an end to modern medicine should alert health authorities to contain this most serious health crisis. LAST week, the head of the World Health Organisation (WHO) sounded a large alarm bell on how antibiotics may in future not work anymore, due to resistance of bacteria to the medicines. Antibiotic resistance has been a growing problem for some time now. From time to time, there will be

Gula dimana-mana dan penyebab kecanduan

Sudah menjadi teori yang semakin umum bahwa gula adalah penyebab berbagai penyakit. Masalahnya, gula juga adalah "addictive", yaitu menyebabkan kecanduan. Berikut tulisan yang muncul di New York Times tanggal 22 Desember 2014. Musim Gula. Di Mana Saja, dan Membuat Ketagihan. Oleh JAMES J. DiNICOLANTONIO dan SEAN C. LUCAN Rekan kerja Anda membawakan brownies, putri Anda membuat kue untuk pesta liburan, dan permen datang dari kerabat jauh. Gula ada dimana-mana. Itu adalah perayaan, itu adalah pesta, itu adalah cinta. Itu juga berbahaya. Dalam penelitian terbaru, kami menunjukkan bahwa gula, mungkin lebih dari garam, berkontribusi pada perkembangan penyakit kardiovaskular. Bukti juga berkembang, bahwa makan terlalu banyak gula dapat menyebabkan penyakit hati berlemak, hipertensi, diabetes tipe 2, obesitas, dan penyakit ginjal. Namun orang tidak bisa menolak. Dan alasannya cukup sederhana. Gula membuat ketagihan. Dan yang kami maksud bukan membuat ketagihan seperti orang be

Apakah mungkin bebas dari sakit? Tentu saja!

Tubuh manusia diciptakan Tuhan untuk bertahan dari serangan penyakit. Pertahanan ini disebut imunitas. Bahkan saat kondisi tidak ideal lagi dan tubuh akhirnya sakit, tubuh diciptakan untuk menyembuhkan diri sendiri. Sayangnya, kebanyakan manusia modern memiliki pola hidup yang sudah jauh dari pola hidup ideal. Ini menyebabkan tubuh tidak lagi mampu untuk bertahan dari serangan penyakit, sehingga tidak jarang akhirnya jatuh sakit. Dan bukan hanya jatuh sakit, tapi susah sembuh, bahkan akhirnya menyerah sehingga meninggal. Dunia medis modern juga pada umumnya tidak begitu membantu, sebab dunia medis modern tidak lagi menganut paham "tubuh menyembuhkan diri sendiri" melainkan pada umumnya bergantung kepada obat-obatan kimia. Kebanyakan, jika tidak semua, obat-obatan kimia terlihat seperti menyembuhkan, tetapi sebenarnya hanya "menyembunyikan" sementara penyakit, untuk timbul lagi, biasanya dalam intensitas yang lebih besar. Situs ini bertujuan menunjukka