Langsung ke konten utama

Susu sapi sulit dicerna

Mengenai minum susu menurut Hiromi Shinya di buku "The Miracle of Enzyme" (2005):

Kesalahan lain yang sering pada makanan rumah sakit adalah susu sapi. Nutrisi utama yang ditemukan dalam susu sapi adalah protein, lemak, glukosa, kalsium, dan vitamin. Susu sapi memang sangat populer karena mengandung banyak kalsium dan dianggap dapat mencegah osteoporosis.

Namun sesungguhnya, tidak ada makanan yang lebih sulit dicerna daripada susu sapi. Karena  susu sapi adalah zat cair yang encer, sebagian orang meminumnya bagaikan air saat mereka haus. Ini sebuah kesalahan besar. Kasein, yang membentuk kira-kira 80% dari protein yang terdapat dalam susu sapi, langsung menggumpal menjadi satu begitu memasuki lambung sehingga mencernanya menjadi sangat sulit. Terlebih lagi, dalam susu sapi yang dijual di toko, komponen tersebut telah dihomogenisasi. Homogenisasi berarti meratakan kadar lemak dalam susu sapi dengan cara mengaduknya. Homogenisasi adalah hal yang buruk karena saat susu sapi diaduk, udara ikut tercampur di dalamnya dan mengubah komponen lemak dalam susu sapi itu menjadi zat lemak teroksidasi--yaitu lemak dalam keadaan oksidasi lanjut. Dengan kata lain, susu sapi homogen menghasilkan radikal bebas dan memberikan pengaruh yang sangat buruk bagi tubuh.

Susu sapi mengandung lemak teroksidasi kemudian dipasteurisasi dalam suhu tinggi diatas 100 derajat celcius. Enzim sangatlah sensitif terhadap panas, dan mulai hancur pada suhu 93,3 derajat celcius. Dengan kata lain,  susu sapi  yang dijual di toko bukan saja tidak mengandung enzim-enzim yang berharga, lemaknya juga telah teroksidasi dan kualitas proteinnya berubah akibat suhu yang tinggi. Dapat dikatakan,  susu sapi adalah jenis makanan yang terburuk.

Malah, saya pernah mendengar bahwa jika anda memberikan susu sapi yang dijual di toko kepada anak sapi dan bukan susu sapi yang datang langsung dari induk sapi, anak sapi itu akan mati dalam empat atau lima hari. Hidup tidak dapat ditopang dengan makanan yang tidak mengandung enzim. (The Miracle of Enzym, p.98-99, 101)

Penyebab dermatitis atopik dan alergi serbuk paling utama di Jepang adalah diperkenalkanya susu sapi dalam menu makan siang di sekolah pada awal era 1960-an.

Kesalahpahaman terbesar mengenai susu sapi adalah bahwa susu sapi bermanfaat mencegah osteoporosis. Sebaliknya, meminum susu sapi terlalu mengakibatkan osteoporosis.

Susu sapi, yang mengandung banyak zat lemak teroksidasi, mengacaukan lingkungan dalam usus, meningkatkan jumlah bakteri jahat dan menghancurkan keseimbangan flora bakteri dalam usus kita. Sebagai akibatnya, racun-racun seperti radikal bebas, hidrogen sulfida, dan amonia diproduksi dalam usus. Penelitian mengenai proses apa saja yang dialami racun-racun ini dan penyakit-penyakit jenis apa saja yang dapat timbul masih berlangsung. Namun, beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa susu sapi tidak hanya menyebabkan berbagai alergi, tetapi juga dihubungkan dengan diabetes dan leukemia pada anak-anak. (The Miracle of Enzym, p.98-99)

 

Kadar kalsium dalam darah manusia biasanya terpatok pada 9-10 mg. Namun, saat minum susu sapi, konsentrasi kalsium dalam darah anda tiba-tiba meningkat. Walaupun sepintas lalu hal ini mungkin terlihat seperti banyak kalsium telah terserap, peningkatan jumlah kalsium dalam darah ini memiliki sisi buruk. Ketika konsentrasi kalsium dalam darah tiba-tiba meningkat, tubuh berusaha untuk mengembalikan keadaan abnormal ini menjadi normal kembali dengan membuang kalsium dari ginjal melalui urine. Dengan kata lain, jika anda mencoba untuk minum susu sapi dengan harapan mendapatkan kalsium, hasilnya sungguh ironis, yaitu menurunnya jumlah kalsium dalam tubuh anda secara keseluruhan. Dari empat negara susu sapi besar--Amerika, Swedia, Denmark, dan Finlandia--di negara yang banyak sekali mengonsumsi susu sapi setiap harinya, ditemukan banyak kasus retak tulang panggul dan osteoporosis. (The Miracle of Enzym, p.100)

 

 

Makan lunak menurut Ellen G. White (1827–1915) di berbagai buku:

“I cannot say to them: You must not eat eggs, or milk, or cream; you must use no butter in the preparation of food. The gospel must be preached to the poor, and the time has not yet come to prescribe the strictest diet.

The time will come when we may have to discard some of the articles of diet we now use, such as milk and cream and eggs; but my message is that you must not bring yourself to a time of trouble beforehand, and thus afflict yourself with death. Wait till the Lord prepares the way before you...

But I wish to say that when the time comes that it is no longer safe to use milk, cream, butter, and eggs, God will reveal this...

The question of using milk and butter and eggs will work out its own problem. At present we have no burden on this line. Let your moderation be known unto all men.” (Counsels on Diet and Foods, p.206)

“Let the diet reform be progressive. Let the people be taught how to prepare food without the use of milk or butter. Tell them that the time will soon come when there will be no safety in using eggs, milk, cream, or butter, because disease in animals is increasing in proportion to the increase of wickedness among men.” (Counsels on Diet and Foods, p.356)

“The light given me is that it will not be very long before we shall have to give up any animal food. Even milk will have to be discarded. Disease is accumulating rapidly. The curse of God is upon the earth, because man has cursed it.”  (Counsels on Diet and Foods, p.357)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akhir dari pengobatan modern

WHO mengeluarkan amaran pada bulan Maret 2012 tentang bahaya kekebalan kuman (mikroorganisme) terhadap antibiotik. Mungkinkah ini akhir dari pengobatan modern? Namun hal ini tidak perlu ditakuti jika nasihat tentang semua obat adalah racun yang ditulis lebih dari seratus tahun yang lalu, dan kini dikuatkan oleh para ahli (lihat juga artikel ini tentang obat sebagai resiko ), diindahkan. Simak artikel berikut yang kami kutip dari thestar online. An end to modern medicine? GLOBAL TRENDS By MARTIN KHOR A warning by the head of WHO that antibiotic resistance is so serious that it may lead to an end to modern medicine should alert health authorities to contain this most serious health crisis. LAST week, the head of the World Health Organisation (WHO) sounded a large alarm bell on how antibiotics may in future not work anymore, due to resistance of bacteria to the medicines. Antibiotic resistance has been a growing problem for some time now. From time to time, there will be

Gula dimana-mana dan penyebab kecanduan

Sudah menjadi teori yang semakin umum bahwa gula adalah penyebab berbagai penyakit. Masalahnya, gula juga adalah "addictive", yaitu menyebabkan kecanduan. Berikut tulisan yang muncul di New York Times tanggal 22 Desember 2014. Musim Gula. Di Mana Saja, dan Membuat Ketagihan. Oleh JAMES J. DiNICOLANTONIO dan SEAN C. LUCAN Rekan kerja Anda membawakan brownies, putri Anda membuat kue untuk pesta liburan, dan permen datang dari kerabat jauh. Gula ada dimana-mana. Itu adalah perayaan, itu adalah pesta, itu adalah cinta. Itu juga berbahaya. Dalam penelitian terbaru, kami menunjukkan bahwa gula, mungkin lebih dari garam, berkontribusi pada perkembangan penyakit kardiovaskular. Bukti juga berkembang, bahwa makan terlalu banyak gula dapat menyebabkan penyakit hati berlemak, hipertensi, diabetes tipe 2, obesitas, dan penyakit ginjal. Namun orang tidak bisa menolak. Dan alasannya cukup sederhana. Gula membuat ketagihan. Dan yang kami maksud bukan membuat ketagihan seperti orang be

Apakah mungkin bebas dari sakit? Tentu saja!

Tubuh manusia diciptakan Tuhan untuk bertahan dari serangan penyakit. Pertahanan ini disebut imunitas. Bahkan saat kondisi tidak ideal lagi dan tubuh akhirnya sakit, tubuh diciptakan untuk menyembuhkan diri sendiri. Sayangnya, kebanyakan manusia modern memiliki pola hidup yang sudah jauh dari pola hidup ideal. Ini menyebabkan tubuh tidak lagi mampu untuk bertahan dari serangan penyakit, sehingga tidak jarang akhirnya jatuh sakit. Dan bukan hanya jatuh sakit, tapi susah sembuh, bahkan akhirnya menyerah sehingga meninggal. Dunia medis modern juga pada umumnya tidak begitu membantu, sebab dunia medis modern tidak lagi menganut paham "tubuh menyembuhkan diri sendiri" melainkan pada umumnya bergantung kepada obat-obatan kimia. Kebanyakan, jika tidak semua, obat-obatan kimia terlihat seperti menyembuhkan, tetapi sebenarnya hanya "menyembunyikan" sementara penyakit, untuk timbul lagi, biasanya dalam intensitas yang lebih besar. Situs ini bertujuan menunjukka