Langsung ke konten utama

Kemoterapi adalah racun yang mematikan

Mengenai kemoterapi menurut Hiromi Shinya di buku "The Miracle of Enzyme" (2005):

Masalah terbesar adalah obat-obatan menguras sejumlah besar enzim pangkal. Dari seluruh obat-obatan yang ada, yang paling keras adalah obat anti-kanker... Oleh karena obat-obatan kemoterapi adalah racun yang mematikan, saya tidak akan menggunakan kecuali dalam situasi yang benar-benar luar biasa. Contohnya, bahkan jika kanker ditemukan di usus besar di dalam kelenjar getah bening, saya tidak akan menggunakan kemoterapi. Program perawatan saya terdiri dari pertama-tama mengabil bagian yang terserang kanker melalui pembedahan, dan setelah kanker yang terlihat itu diambil, saya mulai menyingkirkan hal yang menurut saya mungkin menyebabkan kanker pada pasien itu. Tentu saja, pertama-tama saya memerintahkan mereka untuk menghindari tembakau (rokok) dan alkohol, dan berhenti total mengonsumsi daging, susu sapi, dan produk-produk dari susu sapi. Sambil menjalani Diet dan Gaya Hidup Keajaiban Enzim, saya juga memerintahkan untuk mengubah cara pikir mereka, untuk melatih benak mereka agar menciptakan sebanyak mungkin pemikiran dan perasaan bahagia. Dengan cara ini, program perawatan saya bertujuan mencegah kanker muncul kembali dengan meningkatkan kekebalan tubuh melalui kesehatan fisik dan mental yang lebih baik. (The Miracle of Enzym, p.85-86)

Obat-obatan tidak dapat menyembuhkan penyakit hingga mendasar. Obat-obatan bisa berguna jika terasa sakit yang tak tertahankan atau terjadi pendarahan atau dalam keadaan darurat untuk menekan gejala-gejala yang harus diredakan.

Bahkan, terkadang saya menuliskan resep blokade H2 seperti antisida bagi pasien-pasien yang mengalami pendarahan atau rasa nyeri akibat tukak lambung. Namun, saya menasihati pasien saya untuk menahan diri agar tidak mengonsumsi obat-obatan tersebut lebih dari 2-3 minggu. Sementara rasa sakit diredakan oleh obat-obatan tersebut, penyebab tukak lambung pun disingkirkan. Ada bermacam-macam penyebab tukak, seperti stres serta jumlah, kualitas, atau waktu makan, dan kecuali jika penyebab-penyebab inti tersebut diatasi, obat sebanyak apapun tidak akan efektif menyembuhkan kondisi ini. Walaupun mungkin sepertinya tukak lambung itu telah disembuhkan sementara dengan obat-obatan, peradangan pasti akan terjadi lagi.

 

Satu-satunya cara mendasar untuk menyembuhkan penyakit terletak pada gaya hidup kita sehari-hari. Oleh karena itu, setelah penyebabnya disingkirkan dan tukak lambung disembuhkan, untuk mencegah agar tukak itu tidak akan pernah kambuh lagi, sangatlah penting untuk menjalankan kebiasaan makan yang baik secara teratur.

Enzim pangkal tidak diproduksi secara otomatis. Pada saat anda berhati-hati untuk makan dengan baik dan menjalankan gaya hidup sehat yang tidak menguras enzim, saat itulah hidup memproduksi energi yang dibutuhkan oleh tubuh anda. Mengetahui bagaimana membatasi penipisan secara tidak seharusnya enzim pangkal anda yang berharga adalah rahasia untuk menyembuhkan penyakit dan menjalani hidup berumur panjang dan sehat. (The Miracle of Enzym, p.93-94)

 

Lihat disini mengenai obat menurut Ellen G. White (1827–1915).

 

Berikut ini kemoterapi menurut Dr. Chris Teo di buku "Understanding Cancer War & Cure":

Patients Without Chemotherpay Live Longer

Professor Hardin Jones, prominent cancer researcher and professor of Physics at the University of California surveyed global cancer of all types and compared the untreated and the treated. He came to this conclusion:

• ... in terms of life expectancy, the chance of survival (after undergoing radiation, chemotherapy or surgery) is no better with than without treatment, and there is the possibility that treatment may make the survival time less.

Reference: Transactions of the N.Y. Academy of Medical Sciences, series 2, Vol. 18, n.3, pg. 322 62

Medical treatment: Where does it lead to? When will it ever end?

In an internet article, Dr. Lai Gi-ming, Taiwan Cooperative Oncology Group, National Research Institute was quoted to have said:

• The thing that most frustrates modern doctors is that, after surgery, chemotherapy and radiotherapy, all they can do is keep chasing and chasing the cancer!

Root Cause Not Removed Only Cosmetic Pruning!

Removing the product of disease, i.e., tumour, is not removing the cause of disease. In 1893, J. Compton Burnett wrote:

• My standpoint is that a tumour is the product of the organism, and to be really cured the power to produce the same must be eliminated; got rid of, cutting it off merely rids the organism of the product, leaving the producing power where it was before; often the operative interference acting like pruning a vine.

Reference: J. Compton Burnett, Curability of tumours by medicine.

What Potential Patients Say

The Malaysian Oncological Society conducted a survey among 1,200 women in the Klang Valley, Selangor, Malaysia. The study was conducted from August to September 2004. The results ....

• 80% think radiotherapy and chemotherapy are not effective and have many side effects.
• 90% would consider alternative and/or complementary medicine for their cancer.

Reference: Sunday Star, 14 Nov. 2004

Most Oncologists Would Not Undergo Chemotherapy If They Get Cancer

In 1986, McGill Cancer Centre scientists surveyed 118 oncologists who specialised in the treatment of lung cancer. They were asked:

• If you had cancer, would you undergo chemotherapy? 75% said NO.
• Why? (1) Chemotherapy is not effective. (2) Its toxicity is not acceptable. Other polls carried out in 1988 reported: Oncologists say they would not allow chemotherapy to be given either to themselves or to their families.

Reference: John Robbins, Reclaiming our health.

(Understanding Cancer War & Cure, p.62-66)

Virtually all anti-cancer drugs are toxic and destroy the immune system

•They are poisonous and kill both the cancerous and the normal cells.
•They attack the bone marrow destroying the white blood cells (which fight infection), the red blood cells (which carry oxygen), and the platelets (which help blood to clot).
•Patients undergoing chemotherapy may die of pneumonia or common infection.
•Death from toxicity is also common. In one study, 10% of 133 patients died as a result of direct toxicity to the chemo- drug 5FU.
•They can cause secondary cancers (such as gastrointestinal tract, ovaries and lungs) five, ten or 15 years after the successful chemotherapy.
•Long term effects of chemotherapy can include heart damage and increased risks of recurrence.

(Understanding Cancer War & Cure, p.86)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akhir dari pengobatan modern

WHO mengeluarkan amaran pada bulan Maret 2012 tentang bahaya kekebalan kuman (mikroorganisme) terhadap antibiotik. Mungkinkah ini akhir dari pengobatan modern? Namun hal ini tidak perlu ditakuti jika nasihat tentang semua obat adalah racun yang ditulis lebih dari seratus tahun yang lalu, dan kini dikuatkan oleh para ahli (lihat juga artikel ini tentang obat sebagai resiko ), diindahkan. Simak artikel berikut yang kami kutip dari thestar online. An end to modern medicine? GLOBAL TRENDS By MARTIN KHOR A warning by the head of WHO that antibiotic resistance is so serious that it may lead to an end to modern medicine should alert health authorities to contain this most serious health crisis. LAST week, the head of the World Health Organisation (WHO) sounded a large alarm bell on how antibiotics may in future not work anymore, due to resistance of bacteria to the medicines. Antibiotic resistance has been a growing problem for some time now. From time to time, there will be

Wawancara dengan penulis buku "Naikkan suhu badan untuk jadi sehat"

Berapa suhu tubuh anda? Tahukah anda bahwa jika suhu tubuh turun 1 derajat, daya tahan (imunitas) tubuh turun 30%? Jika daya tahan tubuh menurun, bukan hanya anda akan mudah terkena flu, tapi juga terkena hal-hal berikut ini: stress, kegagalan diet, depresi, kanker... Anda perlu membaca buku  " Naikkan suhu badan untuk jadi sehat " (Taion wo ageru to kenko ni naru), karangan  Masashi Saito , M.D. ini. Berikut ini adalah  wawancara dengan penulis buku ini. Pewawancara (Q): Seperti tertulis di buku ini, saya sebenarnya bersuhu tubuh rendah. Akhir-akhir ini berbagai bagian badan saya rasanya tidak fit. Setelah saya baca buku anda, saya menjadi mengerti, dan memulai memperbaiki pola hidup saya. Tadinya saya pikir hanya saya saja yang bersuhu tubuh rendah, ternyata memang banyak orang yang sekarang bersuhu tubuh rendah ya? Saito Masashi (A): Beberapa tahun belakangan ini, seakan-akan mencerminkan kondisi masyarakat yang stress, saya perhatikan banyak sekali orang b

Gula dimana-mana dan penyebab kecanduan

Sudah menjadi teori yang semakin umum bahwa gula adalah penyebab berbagai penyakit. Masalahnya, gula juga adalah "addictive", yaitu menyebabkan kecanduan. Berikut tulisan yang muncul di New York Times tanggal 22 Desember 2014. Musim Gula. Di Mana Saja, dan Membuat Ketagihan. Oleh JAMES J. DiNICOLANTONIO dan SEAN C. LUCAN Rekan kerja Anda membawakan brownies, putri Anda membuat kue untuk pesta liburan, dan permen datang dari kerabat jauh. Gula ada dimana-mana. Itu adalah perayaan, itu adalah pesta, itu adalah cinta. Itu juga berbahaya. Dalam penelitian terbaru, kami menunjukkan bahwa gula, mungkin lebih dari garam, berkontribusi pada perkembangan penyakit kardiovaskular. Bukti juga berkembang, bahwa makan terlalu banyak gula dapat menyebabkan penyakit hati berlemak, hipertensi, diabetes tipe 2, obesitas, dan penyakit ginjal. Namun orang tidak bisa menolak. Dan alasannya cukup sederhana. Gula membuat ketagihan. Dan yang kami maksud bukan membuat ketagihan seperti orang be