Langsung ke konten utama

Minum teh merusak lambung

Minum teh menurut Doktor Hiromi Shinya di buku "The Miracle of Enzym" (2005):

Tidak dapat disangkal lagi bahwa teh hijau, yang mengandung banyak antioksidan, dapat membunuh bakteri dan memiliki efek antioksidan yang positif. Sebagai akibatnya, terdapat suatu kepercayaan yang menyebar luas bahwa mengonsumsi banyak teh hijau jepang akan memperpanjang hidup Anda dan mungkin dapat membantu mencegah kanker. Namun, sudah lama saya merasa sangsi terhadap “mitos antioksidan” ini. Dan memang, data klinis saya menyangkal kepercayaan umum ini. Dengan meneliti pasien-pasien, saya menemukan bahwa orang-orang yang minum banyak teh hijau menderita masalah lambung. Memang benar bahwa antioksidan yang ditemukan dalam teh adalah antioksidan berjenis polifenol, yang mencegah atau menetralisasi efek radikal bebas yang merusak. Namun, jika beberapa anti-oksidan tersebut menyatu, mereka menjadi sesuatu yang disebut tanin. Tanin menyebabkan beberapa tumbuhan dan buah-buahan memiliki rasa epat. Rasa “pahit” dalam buah kesemek yang pahit, misalnya, disebabkan oleh tanin. Tanin mudah teroksidasi, maka, bergantung pada banyaknya zat itu terkena air panas atau udara, denga mudah ia dapat berubah menjadi asam tanat. Terlebih lagi, asam tanat berfungsi membekukan protein. Teori saya adalah bahwa teh yang mengandung asam tanat memiliki efek negatif pada mukosa lambung--yaitu selaput lendir yang melapisi lambung--sehingga menyebabkan orang tersebut menderita berbagai masalah lambung, seperti tukak lambung. Kenyataannya, ketika saya menggunakan endoskop untuk memeriksa lambung mereka yang secara teratur meminum teh (teh hijauh, teh cina, teh hitam inggris) atau kopi yang mengandung banyak asam tanat, biasanya saya menemukan mukosa lambung mereka telah menipis akibat perubahan atrofi. Lapisan lambung yang begitu penting itu menyusut begitu saja. Sebuah fakta yang sudah banyak diketahui: perubahan atrofi yang kronis atau mag kronis dapat dengan mudah berkembang menjadi kanker lambung. Saya bukanlah satu-satunya tenaga medis profesional yang menemukan efek-efek buruk minum kopi dan teh. Dalam Konferensi Kanker Jepang pada September 2003, Profesor Masayuki Kawanishi dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Mie mengajukan sebuah laporan yang menyatakan bahwa katekin# dapat merusak DNA. Terlebih lagi, banyak jenis teh yang dijual di supermarket kini menggunakan zat-zat kimia pertanian dalam proses penanamannya. Jika anda mempertimbangkan efek asam tanat, sisa-sisa zat pertanian, dan kafein digabung menjadi satu, Anda tahu mengapa saya menyarankan untuk meminum air putih daripada teh. Namun, bagi anda yang menyukai teh dan tidak dapat berhenti meminumnya, saya menganjurkan anda menggunakan daun teh yang ditanam secara organik, meminumnya setelah makan, dan bukan dengan perut kosong untuk menghindari tekanan berlebih pada lapisan lambung anda, serta membatasinya menjadi sekitar 2-3 cangkir saja per hari. Banyak orang terjerumus dalam kepercayaan-kepercayaan umum mengenai kesehatan mereka yang salah karena ilmu kedokteran masa kini tidak memerhatikan tubuh manusia secara keseluruhan. Selama bertahun-tahun ada suatu kecenderungan bagi para dokter untuk melakukan spesialisasi, melihat dan mengobati hanya satu bagian dari tubuh. Kita tidak dapat melihat hutan dari pohon-pohonnya.

Segalanya dalam tubuh manusia saling berhubungan. Hanya karena sebuah komponen yang ditemukan dalam makanan membantu satu bagian tubuh untuk berfungsi dengan baik, tidak berarti bahwa komponen tersebut baik bagi seluruh tubuh. Saat memilih makanan dan minuman, pertimbangkanlah semuanya secara keseluruhan. Anda tidak dapat memutuskan apakah suatu makanan baik atau buruk hanya dengan melihat dari satu bahan yang terkandung dalam makanan tersebut. (The Miracle of Enzym, p.43-46)

 

Minum teh menurut Doktor Abo Toru di buku “Guide to a Long and Healthy Life” (2004):

Katekin dan kafein adalah racun yang tidak menjadi gizi. Racun seperti ini, jika hanya sedikit digunakan tidak apa-apa, tetapi berbahaya jika digunakan terlalu banyak. Katekin dan kafein mula-mula menimbulkan reaksi refleks parasimpatis#. Oleh karena teh memiliki efek diuresis, maka setelah seseorang minum teh jadi ingin ke toilet. Tetapi jika terlalu banyak diminum, detak jantung menjadi lebih cepat dan dan sistem saraf simpatik# menjadi aktif. Setelah banyak minum teh, demikian juga kopi, justru menjadi haus. Ini adalah akibat saraf simpatik menjadi aktif. Ini sebabnya, meminum teh dan kopi dalam jumlah banyak bukannya menguatkan badan, melainkan menurunkan daya tahan tubuh. Ada orang-orang yang banyak minum teh karena teh disebut baik bagi tubuh, tapi mengertilah bahwa banyak minum teh tidak baik. Hal ini berlaku bukan hanya pada teh Jepang (green tea), tetapi juga kopi, Oolong tea dan teh biasa (black tea).

 

Minum teh menurut Ellen G. White (1827–1915) di buku "Ministry of Healing" (1905):

“Tea acts as a stimulants and, to a certain extent, produces intoxication. The action of coffee and many other popular drinks is similar. The first effect is exhilarating. The nerves of the stomach are excited; these convey irritation to the brain, and this in turn is aroused to impart increased action to the heart and short-lived energy to the entire system. Fatigue is forgotten; the strength seems to be increased. The intellect is  aroused, the imagination becomes more vivid. Because of these results, many suppose that their tea or coffee is doing them great good. But this is a mistake. Tea and coffee do not nourish the system. Their effect is produced before there has been time for digestion and assimilation, and what seems to be strength is only nervous excitement. When the influence of the stimulant is gone, the unnatural force abates, and the result is a corresponding degree of languor and debility.” (Ministry of Healing, p.326)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akhir dari pengobatan modern

WHO mengeluarkan amaran pada bulan Maret 2012 tentang bahaya kekebalan kuman (mikroorganisme) terhadap antibiotik. Mungkinkah ini akhir dari pengobatan modern? Namun hal ini tidak perlu ditakuti jika nasihat tentang semua obat adalah racun yang ditulis lebih dari seratus tahun yang lalu, dan kini dikuatkan oleh para ahli (lihat juga artikel ini tentang obat sebagai resiko ), diindahkan. Simak artikel berikut yang kami kutip dari thestar online. An end to modern medicine? GLOBAL TRENDS By MARTIN KHOR A warning by the head of WHO that antibiotic resistance is so serious that it may lead to an end to modern medicine should alert health authorities to contain this most serious health crisis. LAST week, the head of the World Health Organisation (WHO) sounded a large alarm bell on how antibiotics may in future not work anymore, due to resistance of bacteria to the medicines. Antibiotic resistance has been a growing problem for some time now. From time to time, there will be

Gula dimana-mana dan penyebab kecanduan

Sudah menjadi teori yang semakin umum bahwa gula adalah penyebab berbagai penyakit. Masalahnya, gula juga adalah "addictive", yaitu menyebabkan kecanduan. Berikut tulisan yang muncul di New York Times tanggal 22 Desember 2014. Musim Gula. Di Mana Saja, dan Membuat Ketagihan. Oleh JAMES J. DiNICOLANTONIO dan SEAN C. LUCAN Rekan kerja Anda membawakan brownies, putri Anda membuat kue untuk pesta liburan, dan permen datang dari kerabat jauh. Gula ada dimana-mana. Itu adalah perayaan, itu adalah pesta, itu adalah cinta. Itu juga berbahaya. Dalam penelitian terbaru, kami menunjukkan bahwa gula, mungkin lebih dari garam, berkontribusi pada perkembangan penyakit kardiovaskular. Bukti juga berkembang, bahwa makan terlalu banyak gula dapat menyebabkan penyakit hati berlemak, hipertensi, diabetes tipe 2, obesitas, dan penyakit ginjal. Namun orang tidak bisa menolak. Dan alasannya cukup sederhana. Gula membuat ketagihan. Dan yang kami maksud bukan membuat ketagihan seperti orang be

Apakah mungkin bebas dari sakit? Tentu saja!

Tubuh manusia diciptakan Tuhan untuk bertahan dari serangan penyakit. Pertahanan ini disebut imunitas. Bahkan saat kondisi tidak ideal lagi dan tubuh akhirnya sakit, tubuh diciptakan untuk menyembuhkan diri sendiri. Sayangnya, kebanyakan manusia modern memiliki pola hidup yang sudah jauh dari pola hidup ideal. Ini menyebabkan tubuh tidak lagi mampu untuk bertahan dari serangan penyakit, sehingga tidak jarang akhirnya jatuh sakit. Dan bukan hanya jatuh sakit, tapi susah sembuh, bahkan akhirnya menyerah sehingga meninggal. Dunia medis modern juga pada umumnya tidak begitu membantu, sebab dunia medis modern tidak lagi menganut paham "tubuh menyembuhkan diri sendiri" melainkan pada umumnya bergantung kepada obat-obatan kimia. Kebanyakan, jika tidak semua, obat-obatan kimia terlihat seperti menyembuhkan, tetapi sebenarnya hanya "menyembunyikan" sementara penyakit, untuk timbul lagi, biasanya dalam intensitas yang lebih besar. Situs ini bertujuan menunjukka