Langsung ke konten utama

Kosongkan lambung sebelum tidur

Mengenai makan larut malam menurut Hiromi Shinya di buku "The Miracle of Enzyme" (2005):

Tenggorokan manusia dirancang sedemikian rupa agar tidak ada yang dapat masuk ke dalamnya selain udara. Namun, jika makanan masih ada di dalam lambung, sebelum tidur, isi lambung tersebut akan meluap naik dari lambung menuju kerongkongan saat anda merebahkan diri. Saat hal ini terjadi, tubuh menyempitkan saluran pernapasannya dan menghentikan pernapasan anda untuk mencegah isi lambung memasuki tenggorokan. Fakta bahwa sebagian besar orang yang menderita sleep apnea juga menderita obesitas sejalan dengan hipotesis saya. Jika anda makan tepat sebelum tidur pada malam hari, insulin dalam jumlah besar akan disekresikan. Namun, jika anda mengonsumsi karbohidrat atau protein, insulin mengubah semuanya menjadi lemak. Oleh karena itu, berat badan jauh lebih mudah meningkat jika anda makan larut malam walaupun tidak menyantap apapun yang “menggemukkan.” Dengan kata lain, anda tidak menderita sindrom sleep apnea karena kegemukan, tetapi sebenarnya, kebiasaan makan tepat sebelum tidurlah yang menyebabkan sindrom sleep apnea dan juga obesitas. Ada sebagian peminum yang memiliki kebiasaan menenggak “minuman malam” sebelum tidur, dan menganggapnya lebih baik daripada menelan obat tidur, tetapi hal ini juga berbahaya. Orang itu mungkin merasa, minuman itu membuatnya lebih mudah tertidur, tetapi kenyataannya, napasnya cenderung lebih mudah terhenti berkali-kali sehingga berakibat menurunnya kadar oksigen dalam darah. Hal ini menyebabkan otot jantung kekurangan oksigen; dan bagi orang-orang yang mengidap arteriosklerosis atau penyempitan arteri koroner, keadaan ini dapat menyebabkan kematian. Penyebab bayak orang yang meninggal akibat serangan jantung pada dini hari atau infark miokardial sesungguhnya adalah asam yang mengalir balik sebagai akibat dari makan atau minum larut malam, dan berakhir pada tertutupnya saluran pernapasan, napas tidak teratur, berkurangnya kadar oksigen dalam darah, dan akhirnya, kurangnya persediaan oksigen menuju otot jantung. Risiko mengalami hal ini meningkat jika alkohol dikonsumsi bersama-sama dengan makanan sebelum tidur karena saat seseorang minum alkohol, pusat pernapasan mereka tertekan sehingga semakin banyak mengurangi kadar oksigen dalam darah. Bagi orang-orang yang hanya memiliki sedikit enzim untuk menguraikan alkohol, alkohol bertahan lebih lama dalam darah, maka mereka harus lebih berhati-hati. Terlebih lagi, ada sebagian orang yang memberikan susu sapi hangat bagi anak-anak mereka sebelum tidur untuk membantu tidur lebih nyenyak, tetapi ini juga bukan ide yang baik. Bahkan jika anak-anak makan malam sekitar pukul 6 sore, mereka masih menyimpan makanan dalam lambung saat pergi tidur karena mereka tidur lebih awal daripada orang dewasa. Jika, ditambah lagi, anda memaksa mereka minum susu sapi, aliran balik lebih mudah terjadi.

Sebagai akibatnya, napas menjadi tidak teratur, terkadang bahkan terhenti sesaat, dan saat si anak menarik napas panjang, ia menghirup susu sapi, yang dengan mudah dapat menyebabkan alergi. Malahan, saya percaya ini adalah salah satu penyebab asma pada anak-anak. Walaupun masih harus dibuktikan, menurut dapat penelitian yang saya kumpulkan dari pasien-pasien saya, saya menemukan bahwa banyak penderita asma kanak-kanak disuruh pergi tidur segera setelah makan atau diberi susu sapi sebelum tidur saat mereka kecil. Untuk mencegah berbagai penyakit seperti asma pada anak-anak, sindrom sleep apnea, infark miokardial, dan serangan jantung, yang diperlukan hanyalah membentuk kebiasaan pergi tidur dengan perut kosong. Namun, jika anda tidak dapat menahan rasa lapar pada malam hari, menyantap sedikit buah segar yang banyak mengandung enzim sekitar satu jam sebelum waktu tidur adalah pilihan terbaik. Enzim yang terdapat dalam buah sangat mudah dicerna dan mengalir dari lambung menuju usus dalam 30-40 menit. Oleh karena itu, anda tidak perlu khaawatir mengalami aliran balik setelah merebahkan diri, asalkan anda pergi tidur sekitar satu jam setelah menyantap buah tersebut. (The Miracle of Enzym, p.173-177)

 

 

Makan larut malam menurut Ellen G. White (1827–1915) di berbagai buku:

“In most cases, two meals a day are preferable to three. Supper, when taken at an early hour, interferes with the digestion of the previous meal. When taken later, it is not itself digested before bedtime. Thus the stomach fails of securing proper rest. The sleep is disturbed, the brain and nerves are wearied, the appetite for breakfast is impaired, the whole system is unrefreshed, and is unready for the day’s duties.” (Counsels on Diet and Food, p.176)

“If a third meal be eaten at all, it should be light, and several hours before going to bed.” (Counsels on Diet and Food, p.158)

“As a result of eating late suppers, the digestive process is continued through the sleeping hours. But though the stomach works constantly, its work is not properly accomplished. The sleep is often disturbed with unpleasant dreams, and in the morning the person awakes unrefreshed and with little relish for breakfast. When we lie down to rest, the stomach should have its work all done, that it, as well as the other organs of the body, may enjoy rest. For persons of sedentary habits, late suppers are particularly harmful. With them the disturbance created is often the beginning of disease that ends in death” (Ministry of Healing, p.303)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Akhir dari pengobatan modern

WHO mengeluarkan amaran pada bulan Maret 2012 tentang bahaya kekebalan kuman (mikroorganisme) terhadap antibiotik. Mungkinkah ini akhir dari pengobatan modern? Namun hal ini tidak perlu ditakuti jika nasihat tentang semua obat adalah racun yang ditulis lebih dari seratus tahun yang lalu, dan kini dikuatkan oleh para ahli (lihat juga artikel ini tentang obat sebagai resiko ), diindahkan. Simak artikel berikut yang kami kutip dari thestar online. An end to modern medicine? GLOBAL TRENDS By MARTIN KHOR A warning by the head of WHO that antibiotic resistance is so serious that it may lead to an end to modern medicine should alert health authorities to contain this most serious health crisis. LAST week, the head of the World Health Organisation (WHO) sounded a large alarm bell on how antibiotics may in future not work anymore, due to resistance of bacteria to the medicines. Antibiotic resistance has been a growing problem for some time now. From time to time, there will be

Gula dimana-mana dan penyebab kecanduan

Sudah menjadi teori yang semakin umum bahwa gula adalah penyebab berbagai penyakit. Masalahnya, gula juga adalah "addictive", yaitu menyebabkan kecanduan. Berikut tulisan yang muncul di New York Times tanggal 22 Desember 2014. Musim Gula. Di Mana Saja, dan Membuat Ketagihan. Oleh JAMES J. DiNICOLANTONIO dan SEAN C. LUCAN Rekan kerja Anda membawakan brownies, putri Anda membuat kue untuk pesta liburan, dan permen datang dari kerabat jauh. Gula ada dimana-mana. Itu adalah perayaan, itu adalah pesta, itu adalah cinta. Itu juga berbahaya. Dalam penelitian terbaru, kami menunjukkan bahwa gula, mungkin lebih dari garam, berkontribusi pada perkembangan penyakit kardiovaskular. Bukti juga berkembang, bahwa makan terlalu banyak gula dapat menyebabkan penyakit hati berlemak, hipertensi, diabetes tipe 2, obesitas, dan penyakit ginjal. Namun orang tidak bisa menolak. Dan alasannya cukup sederhana. Gula membuat ketagihan. Dan yang kami maksud bukan membuat ketagihan seperti orang be

Apakah mungkin bebas dari sakit? Tentu saja!

Tubuh manusia diciptakan Tuhan untuk bertahan dari serangan penyakit. Pertahanan ini disebut imunitas. Bahkan saat kondisi tidak ideal lagi dan tubuh akhirnya sakit, tubuh diciptakan untuk menyembuhkan diri sendiri. Sayangnya, kebanyakan manusia modern memiliki pola hidup yang sudah jauh dari pola hidup ideal. Ini menyebabkan tubuh tidak lagi mampu untuk bertahan dari serangan penyakit, sehingga tidak jarang akhirnya jatuh sakit. Dan bukan hanya jatuh sakit, tapi susah sembuh, bahkan akhirnya menyerah sehingga meninggal. Dunia medis modern juga pada umumnya tidak begitu membantu, sebab dunia medis modern tidak lagi menganut paham "tubuh menyembuhkan diri sendiri" melainkan pada umumnya bergantung kepada obat-obatan kimia. Kebanyakan, jika tidak semua, obat-obatan kimia terlihat seperti menyembuhkan, tetapi sebenarnya hanya "menyembunyikan" sementara penyakit, untuk timbul lagi, biasanya dalam intensitas yang lebih besar. Situs ini bertujuan menunjukka